LAPORAN PRAKTEK LAUT
DESA KERANJI, KECAMATAN PACIRAN,
KABUPATEN LAMAONGAN
OLEH
:
ISMAIL
TUEN LAMABLAWA ( 2011.02.5.0008 )
AGUS
IRWAN PRIYONO (2010.02.5.00008)
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum Wr..Wb…
Dengan
mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan Rahmat
serta HidayahNya dan tidak lupa sholawat serta salam penyusun haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusun makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam
membuat tugas kali ini, diharapkan dapat diterapkan dalam lingkungan luar
termasuk pada lingkungan perikanan. Dan dalam pembuatan tugas kali ini adalah
tentang PRAKTEK LAUT.
Dalam
penyelesaian tugas ini kami sampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat
Bapak Ir. Hari Subagio, M.Si , Ibu Nurul Rosana SPi, MT , dan Bapak Ir. Moch.
Arief Sofijanto, M.Si. Sebagi dosen pembimbing kami menyadari bahwa makalah ini
masih belum sesempurna dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami harapkan bagi penyempurnaan makalah ini yang bersifat
membangun. .
Dan
kami harapkan dalam pembuatan tugas kali ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
maupun bagi penyusun sendiri. Dan dalam penulisan makalah ini kurang sempurna,
dengan itu kami juga tak lupa pembaca kurang lebih dapat memberikan saran dan
kritik dalam pembutan makalah ini
Wassalaamu’alaikum Wr…Wb…
Hormat kami,
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ...................................................................................................................... i
Daftar
Isi.................................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1.
Latar belakang ................................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan............................................................................................ 3
Bab
II Tinjaun pustaka ......................................................................................................... 4
2.1. Purse seine
.......................................................................................................... 4
2.1.1.
Definisi Alat tangkap................................................................................ 4
2.1.2. Klasifikasi purse seine.............................................................................. 5
2.1.3.
Kontruksi alat tangkap.............................................................................. 6
2.1.4.
Bagian bagian Pukat Cincin............................................................ 6
2.1.5.
Bagian Utama Pukat Cincin............................................................. 7
2.1.4.
Ikan yang Menjadi Tujuan Penangkapan.................................................. 10
2.1.7.
Kapal puse seine........................................................................................ 9
2.2. Trawl..................................................................................................................... 11
2.2.1.
Definisi Alat tangkap................................................................................... 11
2.2.2.Sejarah
Alat Tangkap Trawll........................................................................ 12
2.2.3.
Bagian Bagian Alat Tangkap Trawall......................................................... 12
2.2.4.
Ikan yang Menjadi Tujuan Penangkapan..................................................... 16
BAB
III CARA KERJA........................................................................................................ 19
3.1.
Purse seine............................................................................................................ 19
3.1.1.
Persipan Penangkapan................................................................................. 19
3.1.2.
Waktu Penurunan........................................................................................ 19
3.1.3.
Daerah Penangkapan................................................................................... 20
3.1.4.
Ikan Hasil Tangkapan.................................................................................. 23
3.2. Jaring Trawll......................................................................................................... 24
3.2.1.
Persiapan Operasi Penangkapan.................................................................. 24
3.2.2.
Daerah Penangkapan................................................................................... 24
3.2.3.
Penurunan Alat Tangkap ( seting)............................................................... 25
3.2.4.
Penarikan Alat Tangkap (Hauling).............................................................. 27
3.2.5.Menaikan
Alat Tangkap................................................................................ 27
3.2.6.
Hasil Tangkapan.......................................................................................... 27
3.2.7.
Penanganan Hasil Tangkapan...................................................................... 28
BAB
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN............................................... 29
4.1.Waktu
Dan Tempat Pelaksanaan............................................................................ 29
4.2.
Tujuan Praktikumm................................................................................................ 29
4.3.
Alat Dan Bahan..................................................................................................... 29
4.4.
Cara Kerja.............................................................................................................. 30
4.4.1.
Deskripsi Penentuan Daerah penangkapan Ikan Oleh Nelayan................... 30
4.4.2.
Pemanfaatan Data Teknis Oseanografi dan Biologis Untuk Penetuan
Daerah Penangkapn Ikan......................................................................... 31
BAB
V KESIMPULAN......................................................................................................... 40
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................ 41
LAMPIRAN............................................................................................................................ 42
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia adalah negara yang
mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas
dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya alam ini salah satunya menghasilkan
ikan dan hasil perikanan lainnya. Laut Indonesia terbagi dalam
wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas 2,7 juta km2 dan Laut Teritorial
sebesar 3,1 juta km2. Indonesia sebagai Negara Maritime, yang dimana salah satu
daerah berpenghasilan ikan adalah daerah Selatan Jawa Timur - Bali. Potensi
perairan Selatan Jawa Timur 590.020 ton per tahun, yang tergarap baru 197.640
ton. Runyamnya lagi, dari
produksi ikan 453.034 ton per tahun di Jawa Timur, konstribusi Pantai
Selatan hanya 12,12%.
Perikanan Indonesia menjadi
salah satu sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan baik pada sektor
budidaya, perikanan tangkap maupun pengolahan. Sebagai negara dengan luas laut
sekitar 7,9 juta km2 dan garis pantai sepanjang 80.791 km didukung luas pertambakan
dan kolam ikan yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Dibandingkan luas
daratannya yang hanya 1,9 juta km2 ternyata Indonesia memiliki luas laut 81
persen dari seluruh luas wilayah Indonesia, sehingga bukan tidak mungkin bila
indonesia dapat menguasai bisnis perikanan dunia.
Eksplorasi ikan di daerah perairan Indonesia menggunakan alat
tangkap misal : purse seine, Mini trol,
payang. Purse seine dibagi menjadi dua, yaitu purse seine
dengan kontong (bunt) di tenggah dan kantong di pinggir. Pada purse seine
kantong di tenggah biasanya penarikan jaring dilakukan dari ke dua ujungnya,
purse seine ini biasanya ditarik dengan tenaga manusia. Sedangkan yang
kantongnya di pingging biasanya ditarik dengan mesin penarik (power block) yang
digerakan dengan hidrolik. Pengoperasian purse seine dapat dilakukan dengan
satu buah dan dua buah kapal, hal ini tergantung dari ukuran kapal, ukuran
jaring, dan jenis hasil tangkapan.
Trawl merupakan jaring yang
berbentuk kerucut yang dioperasikan dengan menghela (towing) di dasar perairan
dengan menggunakan kapal. Untuk membuka mulut jaring kearah samping atau secara
vertical digunakan otterboard dan untuk membuka kearah atas dipasang pelampung
pada tali ris atas dan pemberat pada tali ris bawah. Trawl diperkenalkan sekitar
tahun 1870 di Sungai Themmes (Nomura and Yamazaki, 1977).
Teknologi penangkapan ikan dengan
menggunakan trawl di Indonesia telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda,
walaupun pada saat itu masih dalam percobaan. Pada tahun 1966 trawl sering
disebut dengan pukat harimau mulai marak dioperasikan , yang bermula dari
Tanjungbalai Asahan kemudian menyebar ke berbagai perairan lainnya. Dengan
KEPPES 39 tahun 1980 trawl dilarang dioperasikan oleh pemerintah Indonesia.
Berdasarkan daerah operasi traw
dapat dikelompokan menjadi tiga Yaitu : 1) trawl dasar (bottom traw), 2) trawl
pertenggahan (midwater trawl), dan trawl permukaan (pelagic trawl). Trawl dasar
dioperasikan tepat atau di dekat dasar perairan. Trawl permukaan dioperasikan
di permukaan. Trawl pertengahan dioperasikan pada kedalaman di antara keduanya.
Berikut ini yang akan ditelaah hanya trawl dasar saja (Nomura and Yamazaki,
1977).
Trawl dasar merupakan alat penangkap
ikan dasar yang sangat efektif dan efisien. Pengoperasiannya menggunakan kapal
motor yang memiliki HP (Horse power) yang cukup untuk menarik trawl dengan
kecepatan konstan antara 3 hingga 4 knot. Trawl dasar ada yang dioperasikan
dari buritan kapal (stern trawl) dan ada yang dari lambung kapal (side trawl).
Dewasa ini lebih banyak trawl dasar yang dioperasikan dari buritan, terutama
jika dioperasikan oleh kapal-kapal di atas 100 GT, kecuali trawl udang (shrimp
trawl) yang dioperasikan menggunakan boom samping (double rigger shrimp trawl).
Pengoperasian alat tangkap tersebut menggunakan kapal
perikanan yang disebut Purse
seiner untuk alat tangkap purse seine, sedangkan untuk trawl
juga menggunakan kapal Trawal.
Keberhasilan usaha penangkapan di tentukan oleh faktor keadaan oseanografi,
daerah penangkapan, dan juga teknologi penangkapan ikan. Untuk fasilitas
penunjang kegiatan perekonomian adalah didirikannya pelabuhan perikanan
1.2 Maksud Dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari praktek laut
ini adalah
a. Mengetahui jenis kapal yang digunakan
b. Mengetahui cara membuat kapal
c. Mengetahui daerah tujuan penangkapan
berdasarkan data oseanograf
d. Mengetahui alat tangkap yang
e. Mengetahui cara pengoperasian alat
tagkap
f. Mengetahui
jenis ikan hasil tangkapan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Purse
seine
2.1.1 Definisi Alat Tangkap
Pukat
cincin atau biasa disebut dengan purse seine adalah alat tangkap yang dipergunakan untuk
menangkap ikan pelagis yang bergerombol seperti : Tongkol, banyar dan lain
sebagainya. Pada dasarnya pukat cincin dibuat dari beberapa lembar jaring yang
berbentuk segi empat atau hampir, yang gunanya untuk menggurung gerombolan ikan
kemudian tali kerut (purse line) di bagian bawah jaring ditak sehingga jaring
itu menyerupai kantong yang besar dan ditarik ke atas kapal pada salah satu
sisinya atau kedua sisinya sehingga kantong semakin mengecil dan ikan dapat dipindahkan
ke atas dek.
Jaring
merupakan dinding yang tidak dapat ditembus oleh ikan, sehingga ikan terkurung
di dalam kantong (bunt) purse seine. Alat tangkap ini merupakan alat tangkap
yang selektif, yaitu dengan mengatur ukuran mata jaring (mesh size) sehingga
ikan-ikan yang kecil dapat meloloskan diri. Pengoperasian purse seine dilakukan
dengan dua buah kapal, hal ini tergantung dari ukuran kapal, ukuran jaring, dan
jenis hasil tangkapan.
Bentuk umum
purse seine beserta bagian-baiannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
2.1.2 Klasifikasi Purse seine
Pada
dasarnya purse seine dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : purse seine
dengan kantong di bagian ujung jaring dan purse dengan kantong dibagian tengah.
Purse seine dengan kantong di ujung jaring biasanya dioperasikan oleh nelayan
kecil dengan alat tangkap yang relatif kecil. Sedangkan purse seine dengan
kantong di tenggah biasanya dioperasikan oleh kapal-kapal modern yang relatif
lebih besar.
Purse
seine berkembang menjadi alat tangkap ikan pelagis yang bergerombol yang paling
efektif, sehingga dapat dijumpai berbagai macam purse seine, berikut macam alat
tangkap purse seine yang kita amati :
1. Letak kantong (bunt) pada jaring utama : Kantong terletak
pada tengah- tengah jaring
2.
Bentuk dasar jaring utama : Bentuk segi empat. Dapat dilihat dibawah ini :
Gambar
2. Bentuk dasar jarring utama (segi empat)
4.
Jumlah kapal yang dipergunakan dalam operasi penangkapan
Berdasarkan jumlah kapal yang dipergunakan pada
saat operasi penangkapan purse seine
dibagi yaitu :
a. purse seine dengan satu buah kapal
2.1.3.
Kontruksi Alat Tangkap
2.1.3.1.
Bagian-Bagian Pukat Cincin
Bagian – bagian pukat
cincin (purse seine) yaitu :
a.
sayap (wing)
b.
perut (midel)
c.
bahu (shoulder)
d.
kantong (bunt)
e.
pelampung
f.
tali ris atas
g.
mata pengguat (selvage)
h.
tali ris bawah
i.
pemberat
j.
tali ring
k.
cincin (ring)
l.
tali kerut (purse line)
2.1.3.2. Bagian Utama Pukat Cincin (Purse Seine)
Sayap (wing), perut, bahu dan kantong merupakan dagian utama dari pukat
cincin, biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan benang nylon (PA) atau
bahan lainnya. Ukuran mata jaring (mesh size) biasanya sama tetapi kadang
kala berbeda. Hal ini disesuaikan dengan ikan yang menjadi
tujuan penangkapan. Pada setiap
bagian jaring purse seine yang
menggunakan ukuran jaring yang berbeda, biasanya pada bagian sayap merupakan
menggunakan ukuran mata jaring yang paling besar dan makin kearah kantong
semakin mengecil.
Penggunaan benang
pada umumnya kebalikan dari mata
jaring, yaitu dari
sayap ke arah
kantong semakin besar, maksudnya agar jaring pada kantong lebih kuat. Sebab pada
bagian kantong merupakan tempat terkumpulnya ikan, sedangkan pada
bagian sayap, perut
dan bahu ukuran
benangnya relatif lebih
kecil daripada ukuran
beang pada kantong, hal
ini disebabkan pada
bagian-bagian tersebut hanya
merupakan bagian penggiring
ikan agar ikan berkumpul di kantong.
a. Pelampung
Pelampung merupakan alat
untuk mengapungkan seluruh jaring ditambah dengan kelebihan daya apung (extra
bouyancy), sehingga alat ini tetap mampu mengapung walaupun di dalamnya ada
ikan hasil tangkapan. Bahan yang dipergunakan sebagai pelampung biasanya memiliki
berat jenis (bj) yang lebih kecil dibandingkan dengan berat jenis (bj) air laut,
selain itu bahan tersebut
tidak menyerap air. Pada umumnya
pelampung purse seine dibuat dari bahan
plastik yang keras.
Ukuran pelampung
disesuaikan dengan bentuk
dan daya apung
benda tersebut, pelampung
yang biasanya digunakan pada alat
tangkap ini berbentuk oval. Sedangkan
jumlah pelampung tergantung dari extra buoyancy
yang diinginkan. Pelampung
biasanya dipasang pada
tali pelampung (buoy
line) yang besar
ukuranya sama dengan tali ris
atas yang berbeda hanya arah pintalan tali tersebut.
b. Pemberat (Sinker)
Pemberat berfungsi untuk
menenggelamkan badan jaring sewaktu dioperasikan, semakin berat pemberat maka
jaring utama akan
semakin cepat tenggelamnya.
Tetapi daya tenggelam ini
tidak sampai menenggelamkan
pelampung jaring, sehingga pelampung jaring harus memiliki extra bouyancy yang
besar. Pemberat dibuat dari benda yang berat jenisnya (bj) lebih besar dari bj
air laut, sehingga benda ini tenggelam di dalam
air laut. Bahan
yang biasa dipergunakan
adalah timah, bila
menggunakan pemberat lain
harus dipergunakan bahan yang tidak mudah berkarat.
c. Tali Ris
Tali yang termasuk dalam tali ris yaitu :
1) tali
ris atas
2) tali
ris bawah
3) tali
pelampung
4) tali
pemberat
5) tali
pengguat ris atas
6) tali
pengguat ris bawah
Tali ris atas dan tali pelampung
harus berbeda arah pintalanya, maksudnya supaya jaring tetap lurus, demikian
juga antara tali pemberat dan tali ris
bawah. Selain itu untuk memperkuat tali ris atas dengan tali pelampung dan jaring
serta untuk memperkuat tali ris
bawah, tali pemberat dan
jaring ditambah dengan tali pengguat. Bahan tali ris ini biasanya terbuat
dari benang kuralon tetapi banyak juga yang menggunakan polyester.
d. Selvage
Selvage
biasanya dibuat dari
benang polyester (PE)
atau kadang-kadang
mempergunakan bahan jaring
sama dengan jaring utamna yang memiliki
ukuran mata (mesh size)
yang sama dengan jaring utama
tetapi ukuran benangnya biasanya lebih besar. Selvage merupakan jaring
yang berfungsi untuk melindunggi bagian tepi jaring utama agar tidak cepat
rusak.
e. Tali Ring
Tali ring
adalah tali yang
dipergunakan untuk mengantung
cincin (ring) pada tali
ris bawah, bahan
yang dipergunakan biasanya terbuat dari tali kuralon. Tali ring
dibuat berbagai macam bentuknya antara
lain :
a. Tali
ring kaki tunggal
b. Tali
ring kaki ganda
f. Cincin (Ring)
Cincin atau biasa disebut ring pada umumnya berbentuk bulan, dimana
pada bagian tenggahnya merupakan tempat
untuk lewatnya tali
kerut, agar ring
terkumpul sehingga jaring
bagian bawah tertutup.
Bahan yang dipergunakan biasanya
dibuat dari besi
dan kadang-kadang kuningan.
Ring ini selain memiliki fungsi
seperti tersebut di atas berfungsi juga sebagai pemberat.
g. Tali Kerut (Purse Line)
Tali kerut
(purse line) yang
biasa disebut oleh
nelayan sebagai tali
kolor adalah tali
yang berfungsi untuk menggumpulkan ris, sehingga bagian
bawah jaring tertutup dan ikan tidak dapat meloloskan diri. Tali kerut harus
dibuat dari bahan yang kuat sehingga
pada umunya ukuranya relatif lebih besar. Bahan yang dipergunakan biasanya
kuralon (PVA) dan
kadang-kadang menggunakan talki
polyester (PE), dan
kadang - kadang untuk purse seine dengan ukuran besar menggunakan tali
baja. (warp).
2.1.4. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan
Purse seine banyar
Klasifikasi ikan
kembung banyar berdasarkan Saanin (1994) adalah sebagai berikut :
SubphyluM : Vertebrata
Kelas :
Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo :
Percomorphi
Sub Ordo : Scombroidea
FamilI : Scombridae
Genus :
Rastrelliger Gambar 3. Ikan Banyar
Species : Rastreliger kanagurta
Ciri-ciri
tubuh dari ikan banyar adalah badan agak langsing panjang kepala lebih tinggi
dari tinggi kepala. Seluruh tubuh tertutup sisik halus dan terdapat corselet
di belakang sirip dada. Terdapat selaput lemak pada kelopak mata. Usus
1,3-3,7 kali panjang badan.
Ikan
kembung banyar memiliki warna biru kehijauan di bagian atas dan bagian bawah
berwarna putih kekuningan. Dua baris totol-totol hitam pada punggung, satu
totol hitam dekat sirip dada. Ban warna gelap memanjang di atas garis rusuk,
dua ban warna keemasan di bawah garis rusuk. Sirip punggung abu-abu kekuningan.
Sirip ekor dan dada kekuningan. Sirip-sirip lain bening kekuningan. Ikan ini
memiliki panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-rata 20-25 cm (Murniyati
2004)
2.2. Alat Tangkap Trawl
2.2.1. Definisi Alat Tangkap
Alat
tangkap trawl dianggap sebagai pengembangan lanjutan dari jaring kantong
(Bagnet) ditarik, dredge dan Beamtrawl. Ketiga alat tangkap ini dioperasikan
khusus untuk menangkap biota dasar laut atau sekurang-kurangnya didekat dasar
perairan. Pentingnya metode penangkapan ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa
trawl telah dikembangkan dalam berbagai variasi dan yang berukuran kecil, “Baby
trawl” hingga yang terbesar yang memiliki bukaan mulut yang lebih tinggi dari
rumah yang harus ditarik oleh kapal yang bertenaga tinggi. Akhir abad 19 yang
lalu, trawl dalam berbagai khusus merupakan suatu metode penangkapan ikan yang
membutuhkan energi tinggi untuk menariknya pada kecepatan kapal yang cukup
(Ardidja Supardi, 2000).
Efisiensi
trawl akan ditingkatkan sebanding dengan ukuran alat, semakin besar alat juga
mengandung arti memerlukan energi yang lebih besar, sebaliknya semakin besar
trawl akan memerlukan kapal yang bertenaga besar agar ekonomis, hal ini akan
menimbulkan kesulitan dalam pengembangan lanjutan yang diiringi dengan semakin
meningkatnya bahan-bahan bakar. (Ardidja Supardi, 2000).
2.2.2. Sejarah Alat Tangkap Trawl
Jaring
trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan
pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di
Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk (tingkat)
percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang
Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an (periode setelah proklamasi
kemerdekaan). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula
dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah
naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh
YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.
Menurut
sejarahnya asalmula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16
dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya.
Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang
mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan,
tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.
2.2.3. Bagian-bagian Alat Tangkap Trawl
A.
Tali Ris Atas
Tali
ris atas biasa disebut juga dengan Head rope. Tali ris atas trawl umumnya
terbuat dari baja yang dibalut dengan benang (Compaud tape) pada tali ris atas
dipasang pelampung yang berbentuk bola. Jumlah dan ukurannya tergantung dari
besarnya alat tangkap. Jumlah pelampung serta cara penyusunannya pada tali ris
atas akan sangat berpengaruh pada bentuk pembukaan mulut jaring ketika
dioperasikan di laut. Ukuran alat tangkap sering digunakan dengan panjang atau
pendeknya tali ris atas maupun tali ris bawah dari trawl. (Nainggolan Chandra,
2007).
A.
Tali Ris Bawah
Tali
ris bawah ini disebut dengan Ground rope atau Foot rope. Tali ris bawah trawl
biasanya terbuat dari kawat baja yang dibalut benang. Umumnya bahan tali ris
bawah sama dengan tali ris atas, dimana pada tali ris bawah dipasang pemberat
yang berfungsi memberi gaya vertikal ke bawah untuk membuka mulut jaring.
Pemberat
yang digunakan pada pukat udang adalah rantai atau logam. Fungsi rantai sebagai
pemberat juga merupakan alat pengejut dan pengaduk lumpur di dasar perairan
sehingga udang-udang yang bersembunyi di lumpur keluar dan dapat ditangkap oleh
pukat udang. Bahan yang digunakan sebagai pemberat adalah campuran logam dan
karet, bahan-bahan campuiran ini juga disebut sebagai gelondongan karet yang
berbentuk seperti bola atau silinder (bobbin). Perbedaan yang sangat mencolok
antara pukat ikan dan pukat udang adalah penggunaan pemberat atau tali ris
bawah di mata pukat udang menggunakan rantai atau logam lain sedangkan pada
pukat ikan menggunakan bobbin (Nainggolan Chandra, 2007).
C. Sayap (Wing)
Sayap
biasanya juga disebut sebagai wing. Sayap adalah bagian dari jaring (lembaran
jaring) yang ada di sisi kiri dan kanan badan jaring, sayap trawl pada umumnya
lebih menjorok kedepan jika dibandingkan dengan posisi mulut jaring. Fungsi
sayap adalah untuk menggiring ikan atau udang yang akan ditangkap agar dapat
masuk kedalam mulut jaring. Sayap juga berfungsi untuk menghubungkan jaring
dengan papan pembuka mulut jaring (Otter board), ukuran mata jaring (Mesh size)
yang digunakan pada sayap biasanya lebih besar dari ukuran mata jaring yang
digunakan pada badan jaring (Nainggolan Chandra, 2007).
D. Badan Jaring
Badan
jaring adalah bagian alat tangkap yang terdapat antara sayap dengan kantong
atau mulai dari mulut jaring sampai dengan kantong. Badan jaring terdiri dari
dua bagian utama yaitu punggung dan perut jaring. Pukat udang biasanya pada
badan jaring dibagian belakang dipasang Alat Pemisah Ikan (API) atau sering
disebut sebagai By Catch Excluder Device (BED). Ukuran mata jaring pada bagian
badan jaring lebih besar dari ukuran mata jaring pada bagian kantong
(Nainggolan Chandra, 2007).
E. Kantong (Cod end)
Kantong
adalah bagian jaring yang paling belakang (ujung), kantong disebut juga sebagai
kantong (Cod end). Kantong berfungsi sebagai tempat hasil tangkapan yang masuk
ke dalam jaring. Ukuran mata jaring pada bagian kantong pada umumnya adalah
yang paling kecil dibandingkan ukuran mata jaring bagian lain, namun ukuran
benang yang digunakan untuk membuat kantong pada umumnya lebih besar
dibandingkan ukuran benang pada bagian jaring lainnya. (Nainggolan Chandra,
2007).
F. Papan Pembuka Mulut Jaring
(Otterboard)
Papan
pembuka mulut jaring (Otter board) adalah peralatan yang membantu untuk membuka
mulut trawl terbuka pada saat alat dioperasikan (ditarik oleh kapal), karena
memberikan gaya horizontal ke sisi luar mulut jaring. Satu unit alat tangkap
trawl menggunakan sepasang papan pembuka mulut jaring (Otter board) di sayap
kiri dan sayap kanan trawl.
Prinsip
kerja papan pembuka mulut jaring(Otter board) pada dasarnya sama dengan
layangan di udara, layangan naik ke udara karena adanya gaya yang dibebankan
oleh angin, sedangkan pada papan pembuka mulut jaring(Otter board) karena
adanya tekanan gaya akibat “gerakan air laut” yang disebabkan oleh bergeraknya
papan pembuka mulut jaring (Otter board) di dalam air yang ditarik kapal yang
mengoperasikan alat tangkap trawl. Papan pembuka mulut jaring (Otter board)
terbuat dari papan atau baja.
Alat
tangkap yang berukuran relatif besar (Head rope lebih besar dari 20 m), pada
umumnya menggunakan papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terbuat dari
baja dan ukuran papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang digunakan relatif
besar. Alat tangkap trawl yang berukuran relatif kecil masih banyak yang
menggunakan papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terbuat dari kayu (Nainggolan
Chandra, 2007).
G. Tali Penarik (Warp)
G. Tali Penarik (Warp)
Tali
penarik (warp) adalah tali yang menghubungkan antara alat tangkap dan kapal
pada saat alat tangkap trawl dioperasikan. Tali yang digunakan biasa terbuat
dari serat alami, bahan sintetis atau dari baja talipenarik (warp). Dewasa ini,
pada kapal trawl yang terbuat dari baja pada umumnya menggunakan tali penarik
(warp) yang terbuat dari baja untuk menarik alat tangkap, karena memiliki
kekuatan putus (Breaking strength) yang lebih besar dibandingkan dari bahan
serat alami atau sintesis.
Kapal
trawl yang terbuat dari kayu umumnya menggunakan tali dari bahan sintesis.
Kapal trawl pada umumnya, tali penarik dihubungkan (digulung dan diulur) oleh
Trawl winch, yang menggunakan sistem tenaga hidrolik untuk menurunkan dan
menaikan alat tangkap trawl dari dalam perairan ke atas geladak kapal. Tali
penarik (warp)dari Trawl winch diikatkan pada masing-masing papan pembuka mulut
jaring (Otter board) yang terdapat pada kedua sayap alat tangkap trawl (Nainggolan
Chandra, 2007).
H. Net Pendant (Bridle line)
H. Net Pendant (Bridle line)
Net
pendant (Bridle line) adalah tali atau warp yang menghubungkan antara jaring
dengan papan pembuka mulut jaring (Otter board). Net pendant (Bridle line) pada
umumnya terbuat dari baja dan ukurannya lebih kecil dari diameter tali penarik
(warp) yang digunakan. Panjang net pendant (jarak antara jaring dan Otterboard)
sangat bervariasi antara satu kapal dengan kapal lainnya, namun pada umumnya
lebih dari 20 m (Nainggolan Chandra, 2007).
I. Alat Pemisah Ikan (API)
Alat
Pemisah Ikan (API) dan sering disebut sebagai By Catch Excluder Device (BED)
adalah suatu alat yang dipasang untuk memisahkan dan mengeluarkan dari dalam
jaring biota laut jenis tertentu, misalnya seperti kura-kura, dapat keluar dari
trawl meskipun sudah masuk ke badan jaring pada saat alat tangkap dioperasikan
di laut. Alat Pemisah Ikan (API) pada dasarnya bukan bagian dari alat tangkap
trawl namun sebagai alat tambahan. Alat Pemisah Ikan (API) pada umumnya terbuat
dari kerangka besi yang dirancang secara khusus, dipasang pada badan alat
tangkap trawl di bagian belakang (Nainggolan Chandra, 2007).
2.2.4.
Ikan yang Menjadi Tujuan Penagkapan
Hasil
tangkapan jaring Trawll sangat beragam dan dari salah satu hasil tangkapan
adalah sebagai berikut
Phyillum : Chordata
Sub Phyillum : Craniata
Class : Pisces
Sub Class : Neoptergii
Ordo : Cypriniformes
Sub Ordo : Cyprinoidea
Family : Characidae Gambar: Ikan Bawal Hitam
Genus : Colossoma
Spesies : Colossoma macropomum
Bentuk tubuh
Hasil
bawal memiliki bentuk tubuh pipih (compresed) dengan perbandingan antara tinggi
dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal
tidak cepat seperti ikan lele atau grass carp, tetapi lambat seperti ikan
gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian
sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu
gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada bawal dewasa, bagian tepi
sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna
merah ini merupakan ciri khusus bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika
disebut red bally pacu.penelitian menunjukkan, bahwa bawal tergolong omnivora.
Meskipun tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih
bersifat karnivora.
Jenis
hewan yang paling disukai adalah crustacea, cladocera, copepoda, dan ostracoda.
Pada umur dua hari setelah menetas, mulut larva mulai terbuka, tetapi belum
bisa menerima makanan dari luar tubuh, makanannya masih dari kuning telurnya.
Umur empat hari, kuning yang diserap oleh tubuh sudah habis dan pada saat
itulah larva mulai mengonsumsi makanan dari luar. Apabila diamati kebiasaan
makannya, bawal tergolong ikan yang lebih suka makan di bagian tengah perairan.
Dengan kata lain, bawal bukanlah ikan yang biasa makan di dasar perairan
(bottom feeder) atau di permukaan perairan (surface feeder).bawal betina
memiliki tubuh yang lebih gemuk, sedangkan bawal jantan selain lebih langsing,
warna merah pada perutnya lebih menyala. Ikan Bawal hitam dapat berenang dalam
posisi miring seperti ikan Sebelah (iftfishing,2010)
BAB
III
CARA
KERJA
3.1.
Purse Seiene
3.1.1.
Persiapan
Penangkapan
Penyusunan alat tangkap sebelum kapal purse
seiner (kapal penangkap ikan dengan purse
seine) merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan. Penyusunan jaring di atas
dek kapal biasanya disusun pada : samping kiri, samping kanan, atau buritan
kapal. Penempatan alat tangkap di atas kapal ini disesuaikan arah putaran
baling-baling kapal. Pada kapal dengan balingbaling kapal putar kiri (dilihat
dari buritan kapal) biasanya pukat cincin diletakan di sisi kiri, pada kapal
dengan baling – baling putar kanan alat tangkap diletakan di sisi kanan kapal,
sedangkan penyusunan di buritan kapal dapat dilakukan pada kapal baling-baling
putar kiri maupun kanan.
Gambar . Penyusunan
jaring di sisi (lambung) kiri kapal
3.1.2.
Waktu
Penurunan
Penangkapan dengan purse seine biasanya
dilakukan pada sore (setelah matahari terbenam sampai dengan pagi hari
(menjelang matahari terbit), kadang kala dilakukan siang hari. Waktu
penangkapan ini berhubungan dengan berkumpulnya ikan di alat penggumpul ikan
(rumpon dan lampu). Pada saat malam ikan-ikan pelagis yang menjadi target
penangkapan biasanya kumpul bergerombol di daerah sekitar rumpon, sehingga pada
saat ini paling tepat purse seine dioperasikan. Tetapi ada pula operasi
penangkapan tidak menggunakan rumpon tetapi mencari gerombolan ikan yang ada
dengan menggunakan alat bantu pencari ikan/SONAR (Sound Navigation and Ranging)
yaitu suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mengetahui keberadaan gerombolan
ikan di dalam laut.
Pada umumnya nelayan mengoperasikan 2 s/d 4 kali
sehari, hal ini tergantung dari jumlah ikan yang tertangkap. Bila hasilnya
banyak maka operasi penangkapan sampai dengan penyimpanan hasil ke dalam palkah
relatif membutuhkan waktu yang lama, sehingga dalam satu hari hanya melakukan
dua kali penangkapan. Demikian sebaliknya bila hasil tangkapan sedikit maka
operasi penangkan sampai dengan penyimpanan memerlukan waktu yang sedikit pula,
sehingga dalam satu hari dapat dioperasikan purse seine lebih dari empat kali
3.1.3. Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Daerah
penangkapan atau lazim disebut fishing ground‖ adalah suatu daerah dimana ikan
dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang mengguntungkan. Adapun syarat
daerah penangkapan pengoperasian purse seine yaitu :
1.
Bukan daerah yang dilarang menangkap ikan
2.
Terdapat ikan pelagis yang bergerombol
3.
Perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya jaring
Operasi
penangkapan yang membutuhkan lampu sebagai alat bantu menangkap ikan, maka
kapal penangkap tersebut setelah sampai daerah penangkapan yang diinginkan maka
lampu diturunkan kurang lebih 1 meter di atas perairan dan diberi pelampung
tanda kemudian ditinggalkan, biasanya nelayan membawa lebih dari satu lampu.
Lampu penerangan (listrik) dinyalakan di sekeliling kapal sehingga kapal
tersebut sangat terang, maksudnya supaya ikan bergerombol di sekitar kapal.
Cara
mencari gerombolan ikan dapat dilihat dengan memperhatikan tanda-tanda adanya
ikan, yaitu :
1.
Burung menyambar-nyambar ke permukaan air laut
2.
Ikan-ikan yang melompat-lompat
3.
Permukaan laut terlihat ada buih-buih atau percikan air laut
4.
Adanya riak-riak di permukaan
5.
Warna air laut yang lebih gelap dari warna laut sekitarnya
Operasi penangkapan dengan purse seine
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Arah angin, yaitu jaring harus di
atas, maksudnya jaring berada dimana arah angin datang sedangkan kapal
penangkap berada setelah alat tangkap. Sehingga kapal tidak akan masuk ke dalam
lingkaran purse seine, sebab kapal lebih cepat terbawa angin dibandingkan
dengan alat tangkap.
2. Arah arus, kebalikan dari arah angin,
yaitu kapal harus berada di atas arus sehingga alat tangkap tidak hanyut di
bawah kapal, sehingga menyulitkan penarikan alat tangkap ke atas dek kapal.
3. Arah pergerakan gerombolan ikan.
Jaring harus menghadang arah pergerakan gerombolan ikan sehingga ikan yang
telah dilingkari tidak dapat meloloskan diri. Jaring diturunkan di depan
gerombolan ikan sehingga setelah selesai setting kapal berada di belakang
gerombolan ikan.
Pengaruh-pengaruh
tersebut dipertimbangkan dan mencapai jarak dengan gerombolan yang diinginkan
maka pelingkaran jaring dapat dimulai. Adapun urut-urutan penurunan jaring
sebagi berikut :
a.
Ujung-ujung
tali ris (atas dan bawah) disatukan dengan tali kerut , kemudian diberi
pelampung tanda dan pelampung tersebut nantinya di buang ke laut saat opersi
penangkapan di mulai
b.
Kapal
penangkap akan melingkari gerombolan ikan dimulai dengan menurunkan :pelampung
tana jaring, pelampung, pemberat, dan cincin, menuju ke arah pelampung tanda
atau ujung jaring awal, bagi purse seine
yang dioperasikan dengan dua buah kapal.
c.
Pada
saat pelingkaran sudah selesai maka ujung jaring yang satu dinaikan ke kapal
penangkap dan selanjutnya tali kerut ditarik hingga cincinnya terkumpul
demikian juga jaring bagian bawah sudah terkumpul menjadi satu di atas dek.
Dengan demikian ikan-ikan sudah terkurung di dalam jaring.
d.
Pengangkatan
Alat dan Hasil Tangkapan Pada keadaan tali kerut sudah ditarik cincin dan
jaring bagian bawah sudah terkumpul menjadi satu, maka: Penarikan badan jaring
dimulai dari ujung-ujung sayap, hal ini dilakukan pada purse seine yang
menggunakan kantong yang di tengah-tengah jaring atau yang ditarik oleh tenaga
manusia. Penarikan jaring dilakukan mulai dari ujung sayap yang tidak
berkantong. Penarikan dilakukan dengan melepas ring dari badan jaring, tetapi
pada purse seine yang ditarik manusia cincin tidak dilepaskan. Setelah bagian
wing,midle,shoulder naik keatas kapal, maka ikan ikan terkurung pada bagian
bunt yang relatif lebih sempit. Kemudian ikan dinaikan ke atas kapal dengan
memakai serok sampai dengan ikan-ikan yang ada di dalam bunt terambil semua.
Bagian yang masih berada di dalam air di naikan keatas kapal dan disusun
kembali sehingga kapal siap setting. Ikan hasil tangkapan dicuci bersih dan di
simpan ke dalam palkah pendingin.
e.
Setelah
selesai kemudian dilakukan pengoperasian lagi selama 2-3 kali pengoperasian di
tempat yang berbeda
3.1.4.
Ikan Hasil tangkapann
Hasil tangkapan utama pukat cincin (purse seine) adalah jenis-jenis ikan
yang hidup bergerombol di periran permukaan (pelagis) seperti pelagis kecil
(kembung, selar, lemuru dan ikan lainnya) dan perairan pertengahan pelagis
besar (cakalang, tuna, dan jenis ikan lainnya).
Purse seine merupakan alat tangkap utama dalam penangkapan ikan pelagis kecil di Indonesia. Alat tangkap ini menangkap ikan-ikan yang berada pada lapisan permukaan (surface layer). Alat tangkap ini dikategorikan surrounding net atau encircling net (alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dilingkarkan).
Purse seine merupakan alat tangkap utama dalam penangkapan ikan pelagis kecil di Indonesia. Alat tangkap ini menangkap ikan-ikan yang berada pada lapisan permukaan (surface layer). Alat tangkap ini dikategorikan surrounding net atau encircling net (alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dilingkarkan).
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah
ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”,
yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada
dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar
densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya
haruslah sedekat mungkin.
Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah
individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan
volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jenis
ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya
adalah : Layang (Decapterus spp),
bentang, kembung (Rastrehinger spp)
lemuru (Sardinella spp), slengseng,
cumi-cumi dll. (fiqrin, 2010).
Untuk hasil tangkapan waktu mengikuti praktek laut di kecamatan paciran,
kapal kami mendapatkan hasil tangkapan sangat sedikit. Pada seting pertama
hasil tangkapan 1 basket, seting ke 2 tidak mendapatkan hasil dan pada sting ke
3 mendapatkan 5 basket.
3.2.
Jaring Trawll
3.2.1.
Persiapan Operasi Penangkapan
Persiapan
operasi alat tangkap trawl dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Persiapan yang dilakukan ketika kapal
masih berada di pelabuhan sebelum kapal berangkat ke laut.
2. Persiapan operasi penangkapan kapal
sudah berada di laut sesaat sebelum alat tangkap digunakan.(Nainggolan Chandra,
2007).
3.2.2.
Daerah Penangkapan (Fishing ground)
Trawl adalah
alat tangkap yang aktif, dimana kapal yang menarik alat tangkap bergerak
mengejar ikan sehingga masuk ke dalam jaring, oleh karena itu kecepatan kapal
dalam menarik alat tangkap pada umumnya adalah lebih besar dari kecepatan
renang rata-rata ikan yang tertangkap, disamping itu bentuk alat tangkap trawl
dirancang secara khusus sehingga memiliki sayap yang menggiring target kearah
mulut jaring atau mencegah ikan lari ke arah samping (sisi kiri dan kanan alat
tangkap). Alat tangkap trawl dapat dioperasikan disekitar pantai atau pun
diperairan yang jauh dari pantai.
Umumnya alat
tangkap trawl dapat dioperasikan pada berbagai kedalaman yaitu:
a. Disekitar permukaan menggunakan
pukatpermukaan (Surface trawl)
b. Dipertengahan perairan dengan pukat
pertengahan (Mid water trawl)
c. Disekitar dasar atau di dasar
perairan menggunakan pukat dasar (Bottom trawl).
d. Dasar perairan yang menjadi daerah
penangkapan ikan pada alat tangkap trawl adalah: Bukan daerah berkarang.
e. Khusus untuk terutama pukat dasar
(Bottom trawl) relatif ditandai dengan pertukaran dasar perairan tidak
bergelombang atau berbukit-bukit, tidak berkarang dan memiliki dasar pasir,
lumpur atau campuran antara ke duanya.
Keberhasilan
dalam menentukan daerah penangkapan untuk trawl sangat berkaitan erat dengan
pengetahuan akan ruaya (migrasi) ikan. Pengetahuan mengenai biologi,
oceanografi dan sifat-sifat serta kebiasaan hidup ikan atau udang yang menjadi
target tangkapan upaya menentukan Fishing ground yang baik biasanya menggunakan
berbagai alat Bantu, baik yang sifatnya untuk mencari gerombolan ikan (alat
deteksi di dalam air seperti Fish finder atau Sonar) ataupun alat bantu yang
digunakan untuk mengetahui kondisi perairan yang disukai oleh target tangkapan
(Nainggolan Chandra, 2007
3.2.3.
Penurunan Alat Tangkap (Setting)
Kegiatan
Penurunan alat tangkap(setting) dilakukan di geladak belakang, sebelum alat
tangkap diturunkan ke air terlebih dahulu diperiksa kedalaman perairan,
Penentuan kedalaman perairan ditentukan berdasarkan panjang tali penarik (warp)
yang digunakan biasanya berkisar antara tiga sampai lima kali kedalaman
perairan dimana alat tangkap tersebut dioperasikan. Pemeriksaan kedalaman bisa
dilakukan melalui peta laut atau yang lebih akurat lagi dengan menggunakan Echo
sounder dan Fish finder (Nainggolan Chandra, 2007).
Penurunan
alat tangkap (setting) kedalam perairan diawali dengan menurunkan trawl secara
perlahan ke air dari buritan kapal. Bagian yang pertama diturunkan adalah
bagian kantong, perut dan terakhir sayap. Waktu saat penurunan alat tangkap
(setting), kapal memiliki laju dan kecepatan kapal 1-2 knot. Proses penurunan
alat tangkap (setting) kapal tidak boleh berhenti atau melakukan gerakan mundur
jika kapal berhenti dan melakukan mesin mundur maka jaring akan masuk ke dalam
baling-baling kapal dan akan merusak jaring. Papan pembuka mulut jaring (Otter
board) diturunkan secara perlahan-lahan dengan cara mengarea tali penarik
(warp) dengan menggunakan Trawlwinch. Tali penarik (warp) diarea sampai panjang
tali penarik (warp) yang telah sesuai dengan yang dikehendaki, setelah itu
Trawlwinch dikunci agar panjang tali penarik (warp) tidak berubah dan kecepatan
kapal tidak berubah (Nainggolan Chandra, 2007).
3.2.4.
Penarikan Alat Tangkap (Towing)
Penarikan
alat tangkap (towing) adalah lamanya alat tangkap dalam perairan setelah proses
penurunan alat tangkap (setting) selesai. Lamanyapenarikan alat tangkap
(towing) berkisar antara dua sampai tiga jam dengan haluan kapal yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Waktu saat penarikan alat tangkap (towing), haluan
maupun kecepatan kapal dapat diubah, disamping itu panjang tali penarik (warp)
yang digunakan untuk mengoperasikan trawl juga dapat diubah, diperpanjang dan
diperpendek. Perubahan panjang tali penarik (warp) umumnya disesuaikan dengan
perubahan kedalaman perairan selama penarikan alat tangkap(towing) (Nainggolan
Chandra, 2007).
Kapal yang
mengoperasikan pukat udang ganda (Double shrimp trawl) pada umumnya adalah
Bottomtrawl, disamping menggunakan alat pendeteksi ikan seperti Fishfinder pada
umumnya menggunakan alat tangkap ketiga, sering disebut sebagai Jaring uji
coba(Try net)dimana ukurannya lebih kecil dari pada trawl. Jaring ujicoba (Try
net)digunakan untuk indikator hasil tangkapan pada trawl yang digunakan. Jaring
uji coba (Try net)dipasang diantara kedua jaring trawl yang dioperasikan oleh
kapal pukat udang ganda(Doubleshrimptrawl). Jangka waktu tertentu, misalnya
setiap 30-45 menit Jaring uji coba (Try net)dinaikan ke atas geladak kapal
untuk dicek jumlah udang yang tertangkap pada Jaring uji coba (Try net)semakin
banyak maka semakin banyak pula hasil tangkapan yang ada pada trawl yang
dioperasikan. Banyaknya hasil tangkapan udang pada Jaring uji coba (Try net)
kerap digunakan untuk menentukan kapan penarikan alat tangkap (towing)
dihentikan dan alat tangkapdinaikan ke atas deck kapal (Nainggolan Chandra,
2007)
3.2.5.
Menaikan Alat Tangkap (Hauling)
Menaikan alat
tangkap (hauling) adalah kegiatan penarikan alat tangkap ke atas deck kapal
setelah penarikan alat tangkap (towing) dilakukan, beberapa lamanya. Menaikan
alat tangkap (hauling) kecepatan kapal dikurangi atau diturunkan dan trawl
secara perlahan ditarik ke atas kapal. Penarikan alat tangkap trawl dilakukan
dengan cara menarik tali penarik (warp) yang dilaksanakan oleh Trawlwinch.
3.2.6.
Hasil Tangkapan Trawl
Kelompok target tangkapan trawl dibagi menjadi
dua yaitu kelompok hasil tangkapan pukat ikan (Fish trawl) dan kelompok hasil
tangkapan pukat udang (Shrimp trawl). Pukat udang adalah trawl yang dirancang
untuk menangkap berbagai jenis udang, oleh karena itu pukat udang (Shrimp
trawl) selalu dioperasikan di dasar perairan. Udang pada dasarnya bersembunyi
pada lumpur dan pasir yang berada di dasar perairan, oleh karena itu pemberat
pada pukatu dang biasany dirancang khusus dan menggunakan bahan logam (banyak
yang menggunakan rantai) sehingga dapat mengaduk dan mengejutkan udang yang
berada dalam lumpur.
Akibat adanya
pengadukan lumpur, udang keluar dari persembunyiannya sehingga dapat ditangkap
dan masuk kedalam mulut trawl. Jenis-jenis udang yang tertangkap menggunakan
pukat udang yaitu udang windu, udang penaud, udang krosok, udang jerak, udang
jaka, udang bunga, udang dogol dan udang bireng (Nainggolan Chandra, 2007).
3.2.7.
Penanganan Hasil Tangkapan Udang
Penanganan
hasil tangkapan udang dilakukan dengan tujuan agar mutu hasil tangkapan tetap
baik. Penanganan hasil tangkapan tersebut dilakukan dengan cara menurunkan suhu
udang (sampai udang beku) yang bertujuan untuk memperpanjang waktu penyimpanan
sehingga udang tetap bermutu baik dalam waktu yang relatif lama. (Nainggolan
Chandra, 2007).
Ø Penanganan hasil tangkapan dilakukan
dengan prinsip sebagai berikut:
Menjaga agar tubuh udang tidak menjadi rusak dan tidak memar.
Menjaga agar tubuh udang tidak menjadi rusak dan tidak memar.
Ø Bekerja dengan cepat agar sebelum
proses penurunan mutu berlangsung, udang sudah berada diruang suhu rendah.
Ø Bekerja pada suhu rendah dan sedapat
mungkin udang yang sedang ditangani terkena sinar matahari.
Ø Segera menurunkan suhu tubuh udang
agar proses penurunan mutu bisa diminimalkan atau dihambat. (Nainggolan
Chandra, 2007).
BAB
IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
§
Hari/Tanggal : Minggu -Senin/1-2 Juni 2014
§
Lokasi : Desa Kranji, Kecamatan Paciran,
Kabupaten Lamongan.
§
Waktu : Pukul 09.30 pagi – Pukul 10.00 malm
4.2. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa
dapat mendiskripsikan tentang cara penentuan daerah penangkapan ikan yang
dilakukan oleh nelayan.
2. Mahasiswa
dapat memanfaatkan berbagai macam data teknis, oseanografi, dan biologis dalam
kaitanya dengan upaya penentuan daerah penangkapan.
3. Mahasiswa
dapat menentukan jenis alat tangkap yang dapat dioperasikan sesuai dengan jenis
ikan dan daerah penangkapan.
4.3. ALAT DAN BAHAN
ALAT
Ø
Kamera digital, untuk mengambil gambar organism
hasil tangkapan dan gambar lain.
Ø
Timbangan duduk, untuk menimbang organism hasil
tangkapan.
Ø
Timbangan Ohauss, untuk menimbang organ internal
organism hasil tangkapan.
Ø
Dissecting set, untuk membedah specimen hasil
tangkap.
Ø
Thermometer, untuk mengukur suhu permukaan laut.
Ø
Refraktometer, untuk mengekur salinitas perairan
permukaan laut.
Ø
Global positioning system, untuk menentukan
koordinat lokasi daerah penangkapan ikan.
Ø
Botol sampel plastik ( ukuran besar 15, ukuran
kecil 15), untuk waadah organ pencernaan organisme hasil tangkapan.
Ø
Kaca pembesar (2 umit), untuk mengamati secara
lebih detail tentang isi pencernaan organism hasil tangkapan secara fisual.
Ø
Penggaris 30 cm, untuk mengukur panjang organism
hasil tangkapan.
Ø
Mikroskop, untuk mengamati jenis organisme dan
substansi mikroskopis lain yang di konsumsi organisme hasil tangkapan.
Ø
Ember plastik (3 buah), untuk wadah hasil
organisme hasil tangkapan.
Ø
Nampan plastik (6 buah), sebagai wadah untuk
mengamati specimen.
Ø
Kompas, untuk menentukan arah arus dan angin.
BAHAN
Ø
Peta komtur lokasi daerah penangkapan ikan.
Ø
Kertas label, untuk memberikan label pada botol
sampel specimen.
Ø
Tas plastik, untuk wadah specimen dan
perlengkapan lain.
Ø
Print out Prakiraan Dareah Penangkapan Ikan
terbaru untuk wilayah perairan Laut Jawa melalui website
http://www.brok.kkp.gp.id/, untuk menentukan arah dan kecepatan arus, serta
daerah penangkapan ikan beserta koordinatnya.
Ø
Cairan
formalin 5% (2 liter), untuk mengawetkan organ pencernaan organisme hasil
tangkapan.
4.4. CARA KERJA
4.1.1. DISKRIPSI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
OLEH NELAYAN
1. Daerah Penangkapan
a. Mahasiswa
menggali informasi tentan bagai mana mekanisme nelayan menentukan daerah
penangkapan ikan pada berbagai alat penangkapan ikan yang berbeda.
b. Pertimbangan nelayan dalam menentukan daerah
penangkapan ikan saat sebelum melakukan operasi penangkapan ikan. Matahari
terbenam, Menentukan langsung, Langsung berangkat dan adanya nelayan yg
mendapatkan ikan yang banyak
c. Pertimbangan
nelayan dalam melaksanakan operasi penangkapan di daerah penangkapan ikan berdasarkan
nurani nelayan
d. Konfirmasikan
dengan nelayan tentang informasi print out peta Prakiraan Daerah Penangkapan
Ikan terbaru dari website http://www.brok.kkp.gp.id/, serata sampai sejauh mana
pengetahuan mereka tentang informasi tersebut.
4.1.2. .
PEMANFAATAN DATA TEKNIS, OSEANOGRAFIS DAN BIOLOGIS UNTUK PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
a. Data teknis alat tangkap
a)
Alat tangkap :
Purse seine
Dimensi alat
tangkap : Persegi panjang
Panjang : 300 m
Tinggi/lebar :
60 m
Ukuran
mata jarring : 1 inch
Dimensi lain dari
alat tangkap : -
b)
Alat tangkap
: Jaring trawl
Dimensi
alat tangkap :
Panjang : 200 m
Tinggi/lebar : 21 m
Ukuran
mata jaring sayap : 20
inch
Jaring
kantong : 1,5 m
Dimensi
lain dari alat tangkap : kerucut
b. Data
Oseanografis
Daerah
penangkapan : Jaring purse
siene
- Suhu permukaan
laut :31 ºC
- Salinitas perairan :
30 ppt
- Arah arus :
Horizontal
- Kecepatan arus :
1.25 m/d
- Kedalaman perairan :
70 meter
- Jarak DPI dg muara sungai : 5
mil x 1.6 = 8 km
Daerah penagkapan : Jaring Trawl
- Suhu permukaan laut : 28 0C
- Salinitas perairan :
30 ppt
- Arah arus :
Horizontal
- Kecepatan aru :
0.2 m/d
- Kedalaman perairan :
65 m
- Jarak DPI dg
muara sungai : 5 mil
C. Data Biologis
Pengambilan
sampel saat operasi penangkapan
Mengikuti kegiatan pengoperasian alat
penangkapan ikan.
Mengambil sampel organisme hasil tangkapan,
sebanyak 2 ekor untuk masing-masing species.
Mengambil gambar masing-masing organisme hasil
tangkapan.
Menempatkan organisme hasil tangkapan kedalam
ember plastik untuk dissimpan hingga pendaratan di pelabuhan.
Pengamatan sampel di darat
Ø
mengukur berat masing-masing organisme hasil
tangkapan.
Ø
Membedah perut dan mengeluarkan organ
pencernaannya, untuk selanjutnya ditimbang (organ pencernaan dalam keadaan utuh
dan penuh). Ambil gambarnya.
Ø
Membedah organ pencernaan dan mengeluarkan
seluruh isi pencernaan, untuk sealnjutnya ditimbang kembali (organ pencernaan
dalam keadaan kosong). Ambil gambarnya.
Ø
Mengamati isi pencernaan secara visual dan
mengidentifikasi organisme dan substansi yang tergantung. Ambil gambarnya.
Ø
Apabila dirasa sudah cukup, substansi isi
pencernaan tersebut dimasukkan kedalam botol sampel plastik dan ditambah
formalin, dengan perbandingan volume 1 : 1
Ø
Member label pada botol sampel sesuai
spesifikasi dari specimen yang ada.
Ø Disimpan
untuk selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop di laboratorium.
Pengamatan sampel di laboratorium
o Membuka
botol sampel untuk selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop.
o Mengidentifikasi
organisme mikro dan substansi yang terkandung pada sampel saluran pencernaan
tersebut.
1.
NAMA IKAN
Banyar
|
SPESIES
Rastreliger
kanagurta
|
PANJANG
( 19 cm ) &
BERAT
( 2 gr )
|
HABITAT
Pelagis
|
TINGKAH
LAKU
|
CARA MAKAN
|
VOL.
PENCERNAAN
|
JENIS MAKANAN
|
Bergerombol
Di permukaan
|
Mencari
daerah produktivitas primer tinggi atau kandungan nutrient tinggi
|
Berat
pencernaan dalam keadaan penuh dan kosong: 0.30 gr dan 0.25 gr
|
Plankton
hewani dan plankton nabati
|
Tabel
1. Pengamatan Ikan Banyar
2.NAMA IKAN
TEMBANG
|
SPESIES
Sardinella.sp
|
PANJANG ( 28 cm ) &
BERAT ( 97 gr )
|
HABITAT
Pelagis
|
|
TINGKAH
LAKU
|
CARA MAKAN
|
VOL. PENCERNAAN
|
|
|
Bergerombol
Di
permukaan
|
Mencari daerah produktivitas primer tinggi atau kandungan
nutrient tinggi
|
Berat pencernaan dalam
keadaan penuh dan kosong: 2.39 gr dan 2 gr
|
Plankton hewani dan plankton nabati
|
Tabel
2. Pengamatan Ikan tembang
2. Oseanografi
Pagi/Siang/Malam
No
|
|
|
Ulangan
2
|
Ulangan3
|
||||
1
|
Suhu permukaan laut(0C)
|
31
|
35
|
27
|
||||
2
|
Kecepatan arus (m/detik)
|
4 detik =1.25m/d
|
5 detik =1m/d
|
6 detik = 0.38m/d
|
||||
3
|
Kecerahan (m)
|
30 cm
|
28 cm
|
27 cm
|
||||
4
|
Salinitas (ppm)
|
34
|
30
|
28
|
Tabel
3. Pengamatan Oseanografi
Alat
yang dibutuhkan :
a. Thermometer sudah
diikat tali PE 5 m
b. Botol aqua besar sudah diikat tali 5 m
c. seichidisk sudah diikat tali 5 m
d. Refractometer
e. Senter
f. Stopwatch/penghitungan waktu
g. Alat tulis (kertas, pulpen, penggaris/meteran)
h. Kamera
Cara pengambilan sempel :
a)
Suhu permukaan laut
Gunakan thermometer
yang sudah diikat dengan tali sepanjang 5m, masukan ke dalam perairan selama 5
menit, angkat dan catat hasilnya. lakukan ulang sebanyak 3 kali, dengan rentang
waktu 15 menit. Pengambilan sampel dikukan pada saat perahu tdk berjalan
b)
Kecepatan arus
Siapkan botol aqua
plastic besar kosong, ikat dengan tali sepanjang 5m. lemparkan botol kearah
perairan, dan setelah ada diatas perairan tekan stopwatch untuk mulai
menghitung waktunya, sampai botol mendekati perahu atau sebaikanya, bila arus menjauhi
perahu makan sampai tali meregang.
c)
Untuk mendapatkan kecepatan arus dg rumus V=s/t,
makan anggap s adalah panjang tali (m) dan t adalah waktu awal botol diperairan
sampai tali meregang atau mendekati perahu (detik) sehingga akan diperoleh
kecepatan arus (v). Lakuakan ulang sebanyak 3 kali.
d)
Kecerahan
Siapkan sichi disk
(piringan hitam putih) yang sudah diikat dg tali, masukkan keperairan hingga
piringan mulai tidak terlihat oleh mata. ukuran panjang tali dari atas perairan
sampai ke seichidisk uang sudah tidak terlihat. Maka akan diperoleh jarak
kecerahan perairan.
e)
Salinitas
Salinitas
diukur mrnggunakna refractometer yang sudah dinormalkan sebelumnya dengan
aquades, ambil beberapa tetes air laut dan catat hasilnya. Lakukan ulangan
sebanyak 3 kali.
3. Kapal Perikanan
Termasuk jenis kapal
apa, berdasarkan:
ü Jenis alat tangkap? Kapal purse seine
ü Jenis bahan pembuatan? Kayu
Amati dan catat untuk
mengisi kebutuhan data berikut:
Badan kapal
·
Buatan mana? Palang lamongan
·
Tahun berapa? 1997
·
Bagaimana bentuk lunas (bentuk V atau U), apa alasannya memilih
lunas bentuk tersebut? Bentuk U. Karena membutuhkan stabilitas yang tinggi
(lebih stabil).
·
Bagaimana cara pembutan kasko/badan kapal?
Kayu dipanasi untuk membuat dinding terlebih
dahulu setelah itu rangka lalu palka.
·
Apa ada alat bantu pengangkapan, apa fungsinya?
Ada lampu, untuk membantu mengumpulkan gerombolan
ikan.
·
Kapal tersebut dirancang untuk melakukan setting/hauling dilakukan
di bagian mana?
Sebelah kiri
·
Mengapa dipilih di tempat itu?
Tradisi
dan kebiasaan neleyan mengikuti jejak
para leluhun
Mesin
1)
Apa merk mesin? Mitshubisi
2)
Berapa PK? 120 PS dan 100 PS
3)
BBM?. 245 liter
4)
Apakah termasuk marine engine? Bukan tetapi mesin truck
5)
Bagaimana cara pemasangan mesin utama? Langsung diletakkan di
bagian tengah belakang samping bagian kanan dekat deck pengemudi.
6)
Termasuk outboard system atau inboard system? Outboard
system
7) Letak mesin di tengah
atau disamping (hubungankan dengan stabilitas kapal)
Di tengah dan di samping
Ukuran utama kapal
a) Ukuran
panjang (LOA) : 20 m
(LPB) : 11 m
b) Lebar
(B) : 5.30 m
c) Tinggi
kapal (D) : 5 m
d) Berdasarkan
perbandingan ketiganya, apa penilaian anda terhadap bentuk kapal tersebut,
apakah kurus, gemuk, atau yang lain? Gemuk, karena alat tangkap yang digunakan
membutuhkan tempat yang besar.
e) Bagaimana
pula bentuk tersebut terhadap stabilitas kapal, kecepatan kapal. kelincahan
berolah gerak (maneuver) kapal? Stabilitasnya seimbang.
f) Gambar
bentuk kapal dan ukuran utama.
Gambar 18. Kapal purse
seine
Palka Pengawetan Ikan
a)
Apakah dalam pembuatan dari awal sudah ada
ruangan palka? Sudah
b)
Untuk mempertahankan kesegaran ikan dengan cara
apa? Diberi es
c) Bagaimana
membawa bahan tersebut ke dalam kapal? Dengan cara diangkut dengan mobil pick
up dan sepeda motor grobak, kemudian dimasukkan dalam palka (sebelum berangkat)
d) Apakah bahan tersebut cukup
efektif mempertahankan kesegaran ikan? Cukup efektif
e) Bagaimana cara penanganan
ikan yang dilakukan (fish handling) mulai dari saat di atas kapal, dalam
pemindahan ikan dari kapal ke pelabuhan, selama di pelabuhan, hingga ke kuar
pelabuhan? Ikan dapat lalu di sortasi sesuai ukuran dan jenis masukkan dalam
basket setelah itu es yang ada dalam palka di keluarkan lalu es di hancurkan
untuk dimasukkan ke dalam basket.
Jenis API
1.
Nama-nam lain (nama local, anam asing) ? Jarring kursen
2.
BAP? Nilon
3.
Metode penangkapan? Dengan melingkari gerombolan ikan
4.
Alat bantu penangkapan? Lampu
5.
Jenis-jenis ikan yang tertangkap (pelagis/demersal)? Pelagis
6. Teknologi penangkapan
ikan yang digunakan? Penarikan tali kolor menggunakan gardan.
4.
Pelabuhan perikanan
Data Nilai Produksi dan jumlah
produksi Prikanan TPI Keranji dan Berondong
Tahun
|
Np (Nilai produksi perikanan di TPI Keranji)
|
NT ( Nilai produksi perikanan di TPI
Berondong)
|
Qp (Jumlah produksi perikanan di
TPI Keranji)
|
Qt (Jumlah Produksi perikanan di TPI
Berondong)
|
Nilai I
|
2010
|
31.774,39
|
437.815.289
|
3.997,6
|
46.432
|
0.778
|
2011
|
53.813,00
|
511.785.120
|
2.344,08
|
49.278
|
2.210
|
2012
|
|
610.997.703
|
1.666,60
|
57.763
|
|
Sumber:
PPN Berondong
Metode Analisa
Data
A. Jumlah dan
Nilai Produksi Perikanan
Untuk
melihat kontruksi dari jaring tersebut dapat menggunakan perdekatan indeks
Relatif Nilai Produksi (I) dengan formulasi sebagi berikut:
I = Np/Qp
Nt/Qt
Keterangan:
Np =Nilai produksi
peeikanan di tpi Kranji
Nt =Nilai produksi
perikanan di PPN Brondong
Qp =Jumlah
produksi perikanan di Tpi Kranji
Qt =Jumlah
produksi perikanan di PPN Brondong
Data produksi
perikanan yang akan dianalisa adalah selama 3 periode dari masing-masing tempat
untuk periode yang sama. Indek ini akan menjelaskan perbandingan produksi 33
perikanan
relative dari TPI Kranji dengan produksi perikanan relative dari PPN Brondong
yang mana apabila:
I=1:
Produksi perikanan relative dari TPI Kranji dengan produksi perikanan relative
dan PPN Brondong sama baiknya dengan kualitas pemasaran ikan di PPN Brondong.
I>1:
Produksi perikanan relative dari TPI Kranji lebih baik apabila dibandingkan
dengan produksi perikanan relative dari PPN Brondong. Artinya kualitas
pemasaran ikan di TPI Kranji pun lebih baik daripada kualitas pemasaran ikan di
PPN Brondong.
I<1:Produksi
perikanana relative dari tpi Kranji lebih jelek apabila dibandingkan dengan
produksi perikanan reltive dari PPN Brondong. Yang mana berarti bahwa kualitas
pemasaran ikan di TPI Kranji kuarang baik dibandingkan dengan kualitas
pemasaran ikan di PPN Brondong
BAB V
KESIMPULAN
Bahwa
di Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan terdapat berbagai jenis
kapal diantaranya kapal purses seine dan kapal gill net sesuai alat tangkap
yang digunakan yaitu purse seine dan gill net dari alat tangkap tersebut kita
dapat mengetahui cara pengoperasian alat tangkap masing-masing serta kita dapat
memperoleh berbagai jenis ikan diantaranya ikan tongkol dan ikan banyar.
Kebanyakan para pemilik kapal tidak membuat kapalnya sendiri melainkan ada
tempat pembuatan kapal dan bengkel apabila ada kapal yang mengalami kerusakan.
Para nelayan disana dalam menentukan daerah tujuan penangkapan tidak
menggunakan alat bantu seperti peta, GPS dan lain sebagainya melainkan hanya
mengandalkan naluri mereka sendir
DAFTAR PUSTAKA
Ayodyoa, 1972. Kapal Perikanan. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nedelec. 2000. FISH LAMPS. Japanese Fishing Gear and
Methods Textbook for Marine Fisheries
Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
Research Course. Japan. (terhubung berkala) http:// fisheries.com/index.html (18 Oktober 2010)
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan
dan Udang Laut di Indonesia
Jurnal
Penelitian Scafield, 1951. Purse Seine. (Fishing Books). Ltd. London Anonym. 2000.
Artikel Tentang Ikan
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0C FEQFjAH&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F1 23456789%2F62174%2FBAB%2520II%2520Tinjauan%2520Pustaka.pdf&ei=yzfeUe GWOdCiiAeehYDACg&usg=AFQjCNG8DNgumgw_qPWB4KfSYgalgEm8bg&sig2 =p9t0NhmO7kEqmnLi8Vzq5A&bvm=bv.48705608,d.aGc
Anonym. 2008. Ikan banyr https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&v ed=0CDcQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.pusluh.kkp.go.id%2Findex.php%2Fars ip%2Ffile%2F72%2Fikan
kembung.pdf%2F&ei=hD7eUaquOMXdigeL8ICgBA&usg=AFQjCNHkVvD3TY7GwojQ Osdns9ZrmfJ7Q&sig2=SpmlxwTdqMUjh
9bZfNE_Q&bvm=bv.48705608,d.aGc .
Anonym. 2010. Teknik Penankapan Ikan. http://arifrahmanlahamide.blogspot.com/2013/03/teknik-penangkapan-ikan-dengan.htm
Golden Nugget Casinos and Hotels - Mapyro
BalasHapusCompare reviews and find 안성 출장안마 the 김포 출장마사지 best Golden Nugget Casinos 포천 출장마사지 and Hotels in San Jose, Costa Rica. 서산 출장마사지 Golden 전라북도 출장안마 Nugget Hotel & Casino.